Di angkasa warna merah menyala
Di lewati mendung hitam
Yang berlahan menumpahkan
Isi bawaan setitik demi setitik
Dan lihatlah air yang menetes itu berwarna merah
Seekor burung merak terbang tertatih
Sayapnya yang tua telah lelah mengepak
Perlahan demi perlahan mengepak
Dengan hitungan 1..2…3….
Sayap itupun tak berhasil mengepak..
Burung merak itu pun jatuh ketanah
Tanpa bisa bangun lagi…
Lihatlah rerumputan itu ikut rebah
Lihatlah daun-daun sejenak berhenti melambai
Yang terdengar adalah kicauan burung dengan suara pilu
Yang terdengar adalah deruan suara angin
Yang berhembus bak sengatan tawon
Menancap pada hati yang gundah gulana
Air mata pun tercecer setetes demi setetes
Tanpa bisa dibendung lagi
Kesedihan tanpa batas terukir jelas dihati
Entah kapan lagi ada burung merak lahir
Seperkasa engkau…..
Sekuat engkau…….
Seberwibawa engkau….
Hati ini berdoa dan berharap….
Dalam alamu yang baru engkau tenang
Laksana alam yang telah engkau tinggalkan
Selamat jalan sang burung merak
Doaku bersamamu…….
oleh: Arjawa, I Wayan
NB: puisi ini didedikasikan pada berpulangnya WS. Rendra (Sang burung merak) yang memberi bayak ilham pada hidup banyak orang termasuk saya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar